Halaman

Sabtu, 03 Desember 2011

Kisah Nabi Muhammad Saw

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KEBIASAAN MASYARAKAT JAHILIAH

Sebelum Islam datang bangsa Arab hidup penuh dengan kebebasan dan kejahatan. Pada waktu itu berlaku hukum rimba, yaitu orang yang kuat dialah yang berkuasa dan orang yang lemah akan ditindas oleh orang yang kuat. Masyarakat pada zaman itu dikenal sebagai masyarakat jahiliyah, artinya masyarakat yang bodoh.

Dalam hidup, mereka menyembah berhala. Mereka sebenarnya mengenal Allah tetapi tidak mau menyembah-Nya. Kebiasaan masyarakat jahiliah yaitu membantai, merampok, menganiaya, berjudi, berzina,, dan mabuk-mabukan. kaum wanita tidak dihargai sama sekali. Jika mereka melahirkan anak perempuan, maka anak perempuan itu dianggap sebagai pembawa sial dan merendahkan martabat keluarga. Oleh karena itu, jika mereka mempunyai anak perempuan, maka anak perempuan itu dikubur hidup-hidup.

Perbudakan pun meluas di kalangan bangsa Arab. mereka memperlakukan budak-budak itu tanpa perikemanusiaan. Perkawinan dalam kalangan budak tidak diperkenankan. Jika para budak melakukan perkawinan dan diketahui oleh majikannya, maka akan dihukum. Pada waktu bangsa Arab dalam kebodohan (kejahiliahan), lahirlah Nabi Muhammad Saw sebagai rahmat bagi alam semesta.

Nabi Muhammad Saw lahir di kota Mekah pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah atau tanggal 20 April 571 Masehi. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya bernama Aminah Az-Zuhriyah. Nabi Muhammad Saw laghir dalam keadaan yatim karena ayahnya telah meninggal dunia. Pada saat ayahnya meninggal, Nabi Muhammad Saw belum lahir, ia masih berada dalam kandungan ibunya. Ayahnya meninggal pada saat Nabi Muhammad Saw berusia 3 bulan dalam kandungan.

Sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, kota Mekah seang diserbu oleh pasukan dengan kendaraan gajah, yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Yaman. Oleh karena itu, kelahiran Nabi Muhammad disebut tahun gajah. Tujuan Abrahah menyerang Mekah adalah untuk menghancurkan Ka’bah. Akan tetapi maksud Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah itu sia-sia. Abrahah dan tentaranya hancur oleh lemparan batu kerikil yang dibawa burung ababil atas perintah Allah SWT. Peristiwa hancurnya tentara gajah itu dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Fil berikut. Bismillahirrahmanirrahim. Alam tara kaifa fa’ala rabbuka biash-habilfil, Alam yaj’al kaidahum fi tadlil, Wa arsala ‘alaihin tairan ababil, Tarmihim bihijaratim min sijjil, Faja’alahum ka’asfim ma’kul.

Artinya:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
1.    Apakah tidaklah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?
2.    Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-saia?
3.    Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
4.    yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar.
5.    Sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).


MUHAMMAD PADA MASA KANAK-KANAK HINGGA MASA KERASULAN NYA

Anak kecil di Mekah biasanya dititipkan kepada perempuan-perempuan dusun untuk disusukan. Kebiasaan itu dimaksudkan agar si bayi selalu menghirup udara bersih dan segar.

Orang yang menyusui Muhammad pertama kali adalah ibunya sendiri, yaitu Aminah Az-Zuhriyah. Muhammad kemudian disusui oleh Suwaibah al-Aslamiyah (bekas budak Abu Lahab) lalu Muhammad disusui oleh Halimah binti Abu Duaib As-Sa’diyah.

Halimah binti Abu Duaib As-Sa’diyah berasal dari Bani Saad, dia datang ke rumah Aminah. Dia menawarkan kepada Aminah untuk menyusui Muhammad. Aminah menyetujuinya dan kemudian menyerahkan Muhammad kepada Halimah. Selama empat tahun Muhammad tinggal bersama ibu susuannya (Halimah). Halimah selalu mendapat rezeki yang melimpah atas berkah memelihara Muhammad.

Pada usia 6 tahun ibunda Muhammad, Aminah, mengajak Muhammad untuk ziarah ke makam ayahnya, Abdullah, di Madinah. Ketika pulang ke Mekah, di tengah perjalanan tidak jauh dari Madinah, yaitu Abwa, Aminah sakit kemudian meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di tempat meninggalnya tersebut. Setelah itu, Muhammad menjadi yatim piatu.

Sejak ibunya meninggal, Muhammad diasuh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Abdul Muthalib sangat sayang terhadap cucunya. Namun perasaan sayang itu tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, Abdul Muthalib meninggal dunia. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib berwasiat agar Muhammad diasuh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib adalah seorang pedagang yang sehari-hari berdagang ke negeri Syam (Syiria). Abu Thalib sendiri punya anak, tetapi beliau tidak membedakan antara anak sendiri dengan kemenakannya. Selama Abu Thalib mengasuh Muhammad, kehidupan ekonominya semakin membaik.

Pada usia 12 tahun, Muhammad diajak Abu Thalib berdagang ke negeri Syam (Syiria). Setelah sampai di Syiria, mereka singgah di Bushra (suatu kota yang terdapat biara). Di sana mereka bertemu dengan pendeta Bukhaira yang menasihati Abu Thalib agar segera mengajak Muhammad pulang dan menjaganya baik-baik. Pendeta itu mengetahui dan memerhatikan keadaan Muhammad, bahwa dalam diri Muhammad terdapat tanda kenabian (hal tersebut tercantum dalam kitab Injil). Pendeta Bukhaira melihat tanda kenabian tersebut di bahu Muhammad. Ia pun mengatakan bahwa kelak Muhammad akan memiliki urusan yang penting. Akhirnya, Abu Thalib segera mengajak Muhammad pulang ke Mekah karena takut diganggu oleh orang-orang Yahudi.

Pada waktu Muhammad berusia 15 tahun beliau sudah berani mengikuti Perang Fijar atau Harbul Fijar, yakni perang kesucian. Perang itu terjadi antara suku Quraisy dan suku Qais yang disebabkan  oleh persoalan keturunan dan kebangsawanan. Masing-masing merasa lebih tinggi dan mulia derajatnya. Dalam perang itu Muhammad membantu seorang pamannya, yaitu Zubair untuk menyediakan perlengkapan perang.

Muhammad tumbuh menjadi anak yang cerdas. Beliau suka membantu pamannya, seperti mengembala kambing dan berdagang. Sejak anak-anak sampai memasuki usia remaja, Muhammad selalu berperilaku baik. Beliau berbeda dengan remaja-remaja lain di sekitarnya. Muhammad tidak pernah minum arak, berjudi, melakukan perbuatan tercela, maupun perbuatan maksiat. Beliau terkenal jujur, ramah, lemah lembut, sopan santun, dan menepati janji sehingga Muhammad diberi gelar Al-Amin, artinya orang yang dapat dipercaya.

Tatkala berumur 25 tahun, Muhammad pergi ke negeri Syam yang kedua kalinya untuk berniaga dengan membawa modal dari seorang janda, yaitu Khadijah. Muhammad menerima kepercayaan itu dengan penuh tanggung jawab. Setelah menerima kepercayaan itu, Muhammad berangkat dengan ditemani pembantu setia Khadijah yang bernama Maisarah. Perbuatan Muhammad itu sebagai contoh kepada umat betapa pentingnya perdagangan bagi kehidupan ekonomi sauatu bangsa. Khadijah sangat percaya atas kejujuran dan keluhuran budi Muhammad, terutama hasil dari penjualan barang dagangan diserahkan semua kepada Khadijah.

Usaha dagang yang dilaksanakan dengan jujur oleh Muhammad menghasilkan laba yang banyak. Usaha tersebut melahirkan pertalian antara Muhammad dan Khadijah sehingga akhirnya keduanya menikah. Ketika itu Muhammad berumur 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.

Pernikahan Muhammad dengan Khadijah dianugerahi keturunan enam orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummi Kulsum, dan Fatimah Az-Zahra. Hanya Fatimah Az-Zahra-lah yang hidup lama hingga member beliau cucu.

Nama Muhammad semakin populer tatkala mendamaikan para pemuka Quraisy ketika bersengketa dalam memperbarui Ka’bah. Pada mulanya mereka bersatu dan bersama-sama bekerja memperbarui Ka’bah. Ketika peletakan Hajar Aswad ke tempat semula, terjadilah perselisihan sengit di antara mereka. Masing-masing merasa mempunyai hak untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempat semula. Pada saat-saat kritis Muhammad datang dan mengusulkan supaya hajar Aswad diletakkan di atas kain. Para pemuka Quraisy menyetujui usul Muhammad. Para pemuka Quraisy kemudian bersama-sama mengangkat bagian tepi kain dan membawanya ke dekat Ka’bah. Mereka merasa lega dan puas karena persengketaan di antara mereka terselesaikan dengan baik. Saat terjadi peristiwa itu, Muhammad berusia 35 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar