Halaman

Kamis, 01 Oktober 2015

Kenangan

          Disaat remaja baru pertama kenal lawan jenis, rasa perasaan gelisah tiada menentu, kehadirannya yang amat menentukan perubahan hati, dialah wanita yang mengenalkanku pada perasaan cinta, dia tidak mengetahuinya, tetapi di hatiku tumbuh perasaan itu, semakin hari semakin kurasakan sesuatu lain bila dia tiada, kalau ada malu mau menyapa juga, padahal di malam harinya sudah bertekad untuk memberikan senyuman termanis kepadanya, namun apa daya, setelah bertemu semuanya berantakan karena malu.

          Kusering memperhatikan wajahnya, tak jemu aku memandangnya, hanya perasaan malu yang menahanku untuk menemuinya atau mengungkapkan suatu perasaan terhadapnya, kesalahan selalu berulang, tiap malam aku memikirkannya, namun setiap ketemu, kelu lidahku untuk mengungkapkannya.

          Di masa lalu, dimana dia ada, hatiku terbatas, namun bila dia tiada hadir, hatiku menjadi hampa, cinta pertamaku adalah dia, dia yang aku kenal kala aku sekolah smp, dia teman sekelas, cantik bak bidadari turun dari kahyangan, dia yang berwajah cantik nan rupawan, melengkapi kehadiran hatiku yang selalu mengingatinya setiap waktu.

          Padahal kalau dipikir hanya karena dia cantik, tidak masuk akal untuk langsung jatuh cinta terhadapnya, tapi begitulah hati, cinta pertama itu lebih berkesan dan tak mudah untuk dapat dihapuskan begitu saja, kekuatan cinta itu abadi, walau terbentang jarak dan waktu, namun rukh hati tak pernah mati untuk mencintainya, dalam kenangan hati, dia cinta pertama aku, dia adalah kawan aku, teman aku, dan boleh jadi perasaan cinta pertama itu tumbuh kembali.

          Kata-katanya itu bak air perhatian yang mengalir ke hati menuju ke relung qalbu menembus ke jantung hatiku. Tak pernah kutahu, dibalik sifat sensitifnya, dibalik wajah galaknya, tersimpan keteduhan hati serta kelembutan perhatian yang dapat melembutkan jiwaku, selain dia adalah wanita pertamaku, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya, dan bagaimana itu bisa dijelaskan? itu tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi hanya bisa dirasakan oleh hati yang  sedang dilanda asmara terhadapnya.

          Aneh bin aneh, perasaan itu selalu demikian, tak mudah untuk mengungkapkannya, padahal bila sudah sampai ke sang empunya hati perempuan, perhatian itu meluncur begitu saja tanpa ada yang dapat menghalang. Itulah sebagian misteri rasa, sebagian orang senang mengungkapkannya, sedang sebagian lain lebih senang memendamnya sendirian, mungkin diriku termasuk kategori yang lebih suka memendamnya, karena lidah menjadi kelu rasanya, tak mampu bagaimana cara untuk mengungkapkannya.

          Ketika tahu, bahwa dia cinta pertama itu, sudah banyak mengalami cinta-cinta dengan yang lain, kini kutahu bahwa hatinya memang masih sebaik dulu, penuh perhatian dan penuh kasih sayang menghargai serta menghormati, rendah hati, mandiri, dan tentunya ditempa oleh pengalaman hidup yang keras dan penuh kepahitan.

          Tapi itulah kekuatan cinta pertama tak akan pernah pudar walau jarak waktu memenjarakan ingatan kenangannya, namun air perhatian itu yang dapat menyuburkannya, seperti pohon, bila terus disiram setiap hari, maka pohon tersebut akan kokoh menjulang beserta akar-akarnya, demikian kenangan ingatanku tentang cinta pertamaku terhadap dia, temanku sekelas waktu masih smp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar