Halaman

Sabtu, 26 September 2015

DIAM

         Aku jadi tidak menyukai keramaian,  yang sedang kusukai kali ini hanyalah menyendiri,  merenungi diriku,  menarik hati dari hal-hal yang tak kuingini sendiri,  belajar menyendiri itulah diriku kali ini,  belajar menyendiri untuk terdiam dari keriuhan yang tak begitu penting,  dan ada banyak hati yang kurasakan sakit sendiri,  bila ini adalah proses,  mengapa terasa sekali pengaruhnya itu menusuk ke hati?  Apakah aku sedang bermain hati?  Entahlah hanya Tuhan yang mengetahui apa yang kurasakan ini,  tak tahu apa yang kuketahui,  yang kutahu,  kurasakan perasaan ini menyakiti diriku sendiri,  tapi inilah proses pendewasaan diri,  dimana hati melatih kedewasaan mental dengan perasaan sakit yang tak terperi.

          Aku jadi lebih menyukai diam,  daripada berbicara jujur terus terang apa yang kurasakan ini,  tepatnya aku tidak mengetahui,  mengapa tiba-tiba aku ingin menjadi seseorang yang pendiam,  daripada seseorang yang lebih mudah tercurahkan perasaan hatinya sendirinya.

          Intinya aku ingin menyeimbangkan perasaan hatiku yang hadir dengan pemikiran yang setiap waktu selalu mendominasiku,  ya itulah perasaan,  yang selama ini selalu aku abaikan,  perasaan yang selalu menyelimuti hati manusia,  perasaan yang menyebabkan hatiku bisa tertawa dan menangis,  padahal sebenarnya jarang ataupun tak pernah untuk menangis,  hanya ketika sedang sakitlah aku bisa menangis,  dan itupun sakit yang ditimbulkan oleh suatu perasaan dari dalam hatiku sendiri,  tak mungkin timbul tanpa sebab,  sebab kucinta menimbulkan sakit dan penderitaan yang tiada terperi. 

          Bisakah merasakan perasaan ini tanpa rasa sakit? Bila bisa aku menginginkannya denganmu,  bila tidak bisa,  kuingin kau mengetahui perasaanku ini,  yang sakit perasaan karena kau mengabaikan perasaanku ini.

          Ya sudahlah,  aku hanya ingin terdiam dan ingin sendiri saja merenungi perasaan ini,  yang begitu tiba-tiba menyelimuti seluruh raga dan batinku ini,  aku tidak ingin rasa ini hilang begitu saja,  aku ingin rasa ini menyatu dengan dirimu saja,  aku ingin terdiam,  agar aku merenungi arti kehadiranmu ataupun kehadiranku sendiri,  aku ingin mengetahui apakah perasaan ini benar tidak,  sebab cinta saja belum terjalin,  sakitnya sudah terasa nyata sekali.

          Kerinduan sedikit sekali kusadari,  kecemburuan yang mendominasi,  apakah ini namanya cinta?  yang memaksakan kehendaknya sendiri,  ataukah api cemburu yang membakar dirinya sendiri dengan prasangka syak wasangka,  itulah diriku yang naif dalam mencintaimu,  tanpa sepatah katapun kumampu mengucapkan "kucinta padamu",  hanya kupendam sendiri,  bila kumampu kutitipkan pada ilahi rabbi,  hingga angin kerinduan mampu menyampaikan pesanku ini ke relung hatinya yang terdalam,  bahwa di ruang hatinya simpankan perasaanku untuknya,  bahwa aku mencintaimu karena Allah.  Udah itu aja,  aku hanya ingin jadi pendiam dan penyendiri hanya karenamu,  hanya karena aku ingin memahami dan mengenalimu lebih mendalam lagi.

          Jika kau baca catatanku ini,  ini adalah curahan hati yang kukarang sendiri,  itu kutulis karena aku tak tahan merasakan perasaan sakit yang kurasakan sendiri.  Ini hanyalah curahan hati seorang hamba yang do'if.